Motivasihijrahmuslim.com - Prediksi Jakarta akan tenggelam dalam dekade mendatang bukanlah isapan jempol belaka. Mesjid yang pernah berdiri teguh di daerah Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara adalah saksi bisu bagaimana perlahan-lahan ibu kota tenggelam karena naiknya permukaan laut dan permukaan tanah jatuh.

Itu adalah masjid Wal Adhuna yang selama 12 tahun terakhir perlahan-lahan tenggelam dan menjadi bagian abadi dari Laut Utara Jakarta.

Masjid ini terletak tepat di belakang pemegang air laut di pelabuhan Kelapa Sunda.

Air telah membanjiri setengah bangunan masjid. Cat putih di dinding dikupas dan digantikan oleh lumut yang tumbuh.

Zinc di atap masjid juga telah dihancurkan. Berbagai jenis sampah yang dibawa oleh arus terjebak di sisi masjid.

Melihat kondisi seperti itu, yang akan berpikir bahwa masjid Wal Adhuna adalah pusat penyembahan di daerah Sunda Kelapa.

Di masa lalu, ratusan penyembah secara rutin melakukan sholat lima kali di sana. Terutama pada saat-saat dan hari libur sholat Jumat.

Safrizal, seorang petugas keamanan yang telah bekerja di daerah itu sejak 1998, mengatakan masjid sudah ada sejak dia ditugaskan.

Awalnya, Wal Adhuna dibangun sebagai tempat ibadah bagi pekerja di sekitar pelabuhan. Secara bertahap, penduduk setempat juga mulai menjadi pemuja masjid.

"Karena itu cukup aktif, warga akhirnya terlibat sebagai administrator masjid. Jadi beberapa dari para penyembahnya dari pelabuhan dan beberapa penduduk," kata Safrizal, Kamis (6/2/2020).

Masjid Wal Adhuna menjadi sangat ramai di bulan Ramadhan dan Idul Fitri dan Idul Adha, menambahkan Safrizal.

Banjir Rob yang terjadi di wilayah tersebut menjadikan pemerintah provinsi DKI Jakarta membangun tanggul setinggi sekitar lima meter di daerah Sunda Kelapa.

Ancaman tenggelamnya Jakarta

Peneliti Geodesi dan Geomatics dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas baru-baru ini menjelaskan, sekitar 9.000 hektar tanah Jakarta sudah di bawah permukaan laut.

Namun, sekarang tanahnya masih kering karena keberadaan bank laut dan tanggul sungai.

Pada tahun 2021, 14 persen wilayah Jakarta berada di bawah laut. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 28 persen pada tahun 2050.

Fenomena ini disebabkan oleh kombinasi dua faktor.

Faktor utama adalah peningkatan permukaan laut karena pemanasan global yang melelehkan gunung es di Polandia Utara dan Selatan.

Mengacu pada data satelit yang dikumpulkan oleh ITB selama 20 tahun, kenaikan permukaan laut di perairan Indonesia diperkirakan sekitar 3-8 mm per tahun.

Sedangkan faktor kedua adalah penurunan tanah karena eksploitasi air tanah yang berlebihan.

Beberapa tempat di Jakarta, seperti muara baru, telah turun menjadi 1 meter. Intervensi pemerintah diperlukan sehingga ancaman tenggelamnya Jakarta dapat diatasi, dijelaskan Heri.

"Jika upaya kami tidak optimal, maka pada tahun 2050 penurunan mencapai 4 meter," tambahnya.