Motivasihijrahmuslim.com - Dalam hidup, selain bersabar, pelajaran yang bisa membuat kita bertahan adalah rasa ikhlas. Bukan sekedar merelakan sesuatu pergi atau hilang, tapi menerima apapun keadaan yang membuat kita bisa saja menyerah.

Ada banyak pelajaran yang bisa kamu ambil dari hidupmu. Dari setiap kejadian yang kamu alami. Kamu adalah manusia yang harus bertahan hingga akhir dengan rasa sabar dan ikhlas demi meraih kemenangan di akhirat nanti. Begitu banyak hal dalam hidup yang harus kamu sertakan rasa ikhlas agar kamu bisa bertahan dan menjadi lebih kuat.

Mari disini bersama Motivasihijrahmuslim.com, kita akan belajar beberapa poin, pertama yaitu tentang tingkatan dan derajat keikhlasan, kedua tentang cara kita menilai amalan seseorang, bolehkah langsung mengvonis bahwa ia tidak ikhlas. ketiga, yaitu Instropeksi Diri, Apakah Amalan Kebaikan Ini Atas Dasar Keikhlasan? Selanjutnya, kita akan belajar mengenai Kelebihan dan Pelajaran dari Ikhlas.

Tersebut di dalam kitab I'anatut Thalibin juz 1 hal 129, bahwa Ikhlas ada 3 tingkatan.

  1. Mengerjakan ibadah karena Allah semata.
  2. Mengerjakan ibadah karena mengharapkan pahala dalam bentuk balasan di surga dan terhindar dari neraka
  3. Mengerjakan amalan karena mengharapkan pahala, sekaligus mengharapkan bagian dari dunia seperti Mengharapkan kemudahan rezeki atau kesehatan badan.

Anggaplah 3 tingkatan ini layaknya kebun yang berbeda. Maka jika ikhlas yang tumbuh dari dalam 3 kebun diatas dimiliki oleh seseorang, selama itu pula mereka masih dianggap orang yang Ikhlas.

Bolehkah Kita Langsung Menghakimi Amalan Seseorang?

Kita tidak berhak menghakimi amalan orang lain, apakah amal ibadah itu dikerjakan dengan ikhlas atau tidak sama sekali. Karena ikhlas itu adalah salah satu bentuk amalan hati, yang begitu tersembunyi yang hanya diketahui oleh si pemilik hati dan Zat yang amat mengerti.

Jadi seandainya ada orang yang terang-terangan memperlihatkan bahkan mempertontonkan amalan kebaikan yang di lakukannya, kita tidak bisa semena-menanya memberi vonis itu amalan yang dikerjakan dengan tidak ikhlas, penuh riya. Begitu juga sebaliknya, orang yang menyembunyikan amalnya tidak secara langsung dia bisa di kategorikan ke dalam orang yang ikhlas luar dalam.

Dalam satu ungkapan disebutkan:

اسرار العمل لا يدل على الإخلاص

و إجهاره لا يدل على الرياء

"Menyembunyikan Amal tidak langsung menumbuhkan rasa ikhlas,

Menampakkannya pun tidak langsung dianggap riya'."

Instropeksi Diri, Apakah Amalan Kebaikan Ini Atas Dasar Keikhlasan?

Namun, adakah bahwa semua pengetahuan mudah diterapkan dalam kehidupan? Tidak. Tentu, banyak sekali rintangan yang membentang, halangan yang menghadang. Alih-alih untuk ikhlas, bahkan seringkali ibadah tersebut dilupakan. Parahnya lagi, bahkan secara sengaja ibadah ditinggalkan.

Jauh di dalam hati, siapa yang tidak khawatir bahwa ibadahnya penuh kekurangan. Bukankah Allah Zat yang Maha Indah, yang seharusnya kita cintai dan sembah dengan sehebat-hebatnya. Dan bagaimana mungkin, sesuatu yang tidak tulus dari hati akan kita persembahkan pada Zat yang Indah dan Maha Mengetahui segala maksud hati yang tersembunyi.

Mungkin pada kenyataannya, banyak yang telah kita lakukan, Namun hati kita masih tidak bisa berdamai dengan kepongahannya. Bertanya-tanya dalam bisik yang paling halus, yang hanya mampu terdengar oleh hati kita masing-masing, “Apakah disana tumbuh keikhlasan? apakah amal kebaikan itu benar-benar tulus? dan apakah semua yang telah dilakukan ini benar-benar karena Allah azza wa jalla? atau pujian manusia yang diburu dan ibadah dijadikan sebagai umpan?”.

Tak heran, Yusuf bin Husen pernah berkata :

‎وقال يوسف بن الحسين: أعز شيء في الدنيا الإخلاص، وكم أجتهدُ في إسقاط الرياء عن قلبي، فكأنه ينبت على لون آخر

“Yang paling berat di dunia ini adalah ikhlas, betapa banyak aku bersungguh-sungguh dalam menghilangkan riya’ dari hatiku, namun seakan-akan ia tumbuh lagi di hatiku dengan warna yang lain”

Semua kita harus takut, bahwa apa yang telah kita lakukan tidak menjadi sesuatu yang bermanfaat di akhirat. Tidak peduli, sehebat apapun amalan tersebut dikerjakan, tetapi akan menghilang karena dibakar api riya’.

Sulit. Ketika orang-orang mulai memuji-muji kebaikan dan ibadahmu, sulit sekali untuk mempertahankan keikhalasan hati. Orang-orang datang memuji, membawa kata-kata yang indah memberi senyuman yang membius. Dua diantara bagitu banyaknya hidangan dunia yang begitu manis, namun di baliknya mengandung penyakit yang begitu ganas, racun yang amat langka penawar yaitu حب الدنيا Kecintaan terhadap hingar bingar dunia.

Pujian Itu Sebuah Racun

Pujian adalah sesuatu yang disenangi banyak orang, tetapi banyak yang tidak menyadari sesungguhnya pujian mampu menghalangi seseorang untuk mencapai yang terbaik karena terlalu dini mencicipi hasil semu terhadap usaha yg ia lakukan, dan terlena dengan kepuasan palsu hingga memasung langkah kebaikan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan adanya apresiasi yang berlebihan di dalam pujian, seperti adanya duri tajam pada bunga yang memperlihatkan keindahan.

Kelebihan dan Pelajaran dari Ikhlas

Dan semua manusia itu lemah tak berdaya, namun bukan berarti harus menyerah dan menghentikan usaha. Kita harus menyemangati diri kita sendiri; Ayolah! Kamu harus berjuang untuk sebenar-benarnya ikhlas dalam segala perbuatanmu! dalam segala persembahanmu, bukan hanya karena ikhlas adalah sebuah perintah, tapi Lebih dari itu.

Bahwa ikhlas merupakan sebuah pemberian yang tulus, hadiah keindahan yang begitu berharga. Nilai dan kualitas ibadah yang tulus dan ikhlas dikerjakan, jelas menang telak atas ibadah yang terpaksa bahkan dibuat-buat untuk dilakukan. Apalagi ibadah yang diarahkan untuk mengumpulkan tepuk tangan khalayak, likers, followers, subscribers, sanjung-sanjungan orang banyak.

Bukankah banyak serangga yang mati karena tepuk tangan ? Banyak laron yang terpedaya hingga hangus terhipnotis cahaya lilin yang Indah berapi?

Ikhlas juga dapat mengobati berbagai ketidakrelaan. Dan tidak ada satupun obat yang dapat menyembuhkan sakit hati kecuali keikhlasan.

Tidak peduli manusia meremehkan kebaikanmu, tidak jadi masalah jika manusia tidak melihat kebaikanmu, tidak terpengaruhi bahkan apabila kebaikanmu dibalas keburukan. Karena dengan ikhlas, semuanya murni karena Allah, tidak ada harapan yang lebih terang dari pada berharap ridha-Nya.

Orang yang ikhlas karena Rabb nya ibarat orang yang berjalan di atas pasir, tak terdengar derap langkahnya namun pasir menjaga bekas jejaknya

Kata habib Jindan, ciri orang ikhlas, mereka yang selalu takut riya' namun mereka yang merasa aman dari riya' itu adalah ciri orang riya'

قال بعض السلف إذا مدح الرجل في وجهه فليقل: "اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّيْ بِنَفْسِيْ وَ أَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِيْ مِنْهُمْ

اللَّهُمَّ إِغْفِرْ لِيْ مَا لَا يَعْلَمُوْنَ وَلَا تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا يَقُوْلُوْنَ وَأجْعَلْنِيْ خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ"

Doa salaf shalih yang mulia saat mendapatkan pujian manusia;

“Ya Allah.. Engkau yang lebih mengetahui dari pada diriku tentang diriku, dan aku lebih mengetahui tentang diriku dibanding mereka yang memujiku, Ya Allah ampuni aku terhadap apa yang mereka tidak tahu , jangan siksa diriku sebab apa yang mereka ucapkan terhadapku, dan jadikan aku lebih baik dari apa yang mereka sangkakan "

اللهم اجعلنا من المخلصين واجعلنا من المتطهرين

Ya Allah Jadikan kami bagian dari golongan orang-orang Ikhlas dan jadikan kami orang-orang yang suci batin