Bagaimana Cara Membedakan Cinta Tersebut Apakah Karena Allah Atau Karena Nafsu?
Dalam kitab Ihya ulumiddin karya imam al Ghazali disebutkan:
“Awwalul mahabbah al I’jab”
“Pertama kali kita mencintai seseorang adalah karena perasaan kagum.”
Maka perhatikan saja, kekaguman kita kepada seseorang, apakah karena
prestasi agama atau karena hal syahwat. Jika kita mencintainya karena
kesholehannya, kebaikannya, sifat terpujinya, kesabarannya, maka cinta tersebut
merupakan cinta karena Allah. Sebaliknya, jika kita mencintainya karena ia
tampan, cantik, senyumannya manis, atau karena tatapan matanya yang indah, maka
cinta tersebut merupakan cinta karena nafsu. Jadi, perbedaan antara mencintai
karena Allah dan mencintai karena nafsu, yaitu bahwa mencintai karena Allah
selalu didasari pada satu hal yang Allah cintai dalam dirinya, sementara mencintai
karena nafsu, didasari pada potensi syahwat yang ingin kita nikmati padanya.
Adakah Cinta-Cinta Yang Terlarang?
Cinta adalah rasa yang datang dengan sendirinya, bukan
optional, lantas, adakah cinta-cinta yang terlarang?
Pertama sekali yang harus kita ketahui, bahwa cinta tidak
bisa dipaksakan, karena mencintai atau tidak mencintai bukanlah sebuah pilihan.
Sehingga, tidak ada yang salah dengan mencintai, tapi yang dilarang agama saat
cinta itu diwujudkan dalam bentuk tindakan yang tidak sesuai syara’, seperti
melihat foto di sosmed, dll. Mengenai melihat foto di sosmed karena
dilatarbelakangi oleh cinta terlepas karena syahwat atau tidak, maka hukumnya haram.
Karena rencana melihat tadi, didasarkan pada syahwat walaupun saat melihat tidak
ada syahwat.
Syahwat itu adanya daya Tarik. Semakin besar daya
tarik saat melihat foto tersebut maka dianggap sudah semakin syahwat seseorang tersebut
dan dosanya semakin besar pula.
Maka dalam Islam tidak ada masalah dengan cinta dan
nafsu. Yang salah adalah ketika mewujudkan cinta dan nafsu tersebut dalam Tindakan.
Jika tindakan menyalurkan cinta dan nafsu itu benar, seperti nikah, maka hal
itu dibenarkan, bahkan itu Sunnah Nabi. Tapi jika tindakan menyalurkan cinta salah,
seperti Zina dan pacaran, maka hal itu dicela dan diharamkan dalam Agama Islam.
Wahai wanita, jagalah kehormatan kalian dengan menutup
aurat, menghindari pacaran, terlebih zina, Nauzubillahi min Zaalik. Jodoh sudah
ditentukan. Fokuslah pada membenahi dan memperbaiki diri. Jangan tertipu dengan
mengumbar aurat dan pacarana, karena pada hakikatnya itu hanya akan
menjerumuskan kita dalam lembah dosa. Jangan bangga dengan lama pacaran, karena
secara tidak langsung kita telah bangga dengan mengumpulkan dosa. Walaupun
jasadmu tak pernah bersentuhan saat pacaran, tapi yakinkah kamu tentang mata,
telingamu dan obrolanmu tidak termasuk bermaksiat?
Tidak ada yang namanya pacaran islami dengan alasan
apapun. Bukan berarti disaat panggilan dalam pacaran berganti menjadi Aby dan
ummi sehingga tidak lagi haram atau bukan berarti disaat saling mengingatkan
shalat tahajud atau mengingatkan ibadah sehingga tidak lagi dianggap haram,
TIDAK!!!
Tetap dosa, itu adalah dosa walaupun dibungkus dengan
Agama!!!
Sumber : Motivasihijrahmuslim.com
Posting Komentar
Posting Komentar