Fatimah Az Zahra adalah putri tecinta Nabi Muhammad saw, yaitu seseorang yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad saw. Dari Fatimah lah Nabi Muhammad saw mempunyai keturunan yang disebut dengan Itrah Ahli Bait Rasulillah saw. Fatimah mempunyai kemulian-kemuliaan dan tingkah laku serta prilaku yang sangat mirip dengan prilaku Rasulullah saw. Akhlak beliau adalah akhlaknya Rasulullah. 

Fatimah adalah tokoh wanita yang telah banyak orang melupakannya, atau mungkin banyak putri-putri kita yang tidak mengenal sayyidah Fatimah Az Zahra kecuali namanya saja, bahkan ada diantara putri kita yang mungkin tidak mengenal kalau Fatimah Az Zahra itu adalah putrinya Rasulullah. 

Kita perlu mengenal tokoh-tokoh seperti Fatimah Az Zahra agar menjadi contoh kemudian menjadi idola yang bakal ditiru oleh anak-anak kita. Sekarang ini banyak anak-anak kita yang tidak mencintai Rasulullah tapi mengidolakan orang yang benci kepada Rasulullah atau bahkan yang dibenci oleh Rasulullah. Malah mengidolakan seseorang yang tidak pernah sujud. 

Rusaknya hati yang mempunyai keimanan meski bukan secara spontan. Perlahan dan sedikit demi sedikit seperti orang yang menyulam tikar. Pertama mengidolakan orang yang jauh dari Nabi kemudian lupa kepada Nabi sehingga baju yang dipakai oleh Nabi tidak lagi dipakainya.

Belajar Dari Siti Fatimah Az Zahra

Sayyidah Fatimah Az-Zahra, bisa mendapati gelar mulia di surga, semua itu bukan tanpa perjuangan dan pengorbanan.

Fatimah sudah sejak kecil merasakan sakit dan kepahitan hidup, yaitu sejak beliau menemani ayahnya, Rasulullah di awal-awal dakwah islam.

Kisah Heroik Fatimah Az Zahra Sebagai  Anak yang Berbakti Kepada Rasulullah

Siti Fatimah adalah seseorang yang ikhlas menemani Rasulullah di awal-awal perjuangan dakwah Rasulullah saw. Nabi Muhammad senantiasa ditemani Sayyidah Fatimah Az Zahra disaat memasuki perkampungan-perkampungan kota Mekkah. Kedekatan Fatimah tidak seperti putri-putri yang lainnya. 

Sayyidah Fatimah sangat dicintai oleh Rasulullah. Bahkan Rasulullah dikala mengantar pernikahan sayyidah Fatimah beliau berkata “Ya Allah Fatimah itu dariku dan aku dari Fatimah seperti engkau telah membersihkan aku dari noda bersihkanlah Fatimah dari noda.” 

Dimasa kecilnya Fatimah senantiasa menemani ayahandanya. Fatimah lah yang membersihkan kotoran yang diriwayatkan dalam hadis Bukhari waktu orang-orang tengah berkumpul kemudian mengatakan siapa yang berani menumpahkan kotoran di kepalanya Muhammad yang lagi sujud, dan ada satu orang yang bersedia menumpahkan kotoran itu kepada Nabi Muhammad saw, dan ternyata Siti Fatimah lah yang bersedia membersihkan kotoran itu. Seperti itulah perjuangan hebat dari Fatimah Az Zahra.

Bahkan siti Fatimah pernah menemani Rasulullah yang tengah dipukul oleh kaum kafir Quraisy. Saat itu Rasulullah terus menyampaikan kebenaran hingga di tegur oleh putri beliau yang saat itu masih berumur 7-8 tahun dan berkata “Abah ada darah di pelipismu. Sayyidah Fatimah melihat perjuangan ayahanda beliau “Abah ada darah di pelipismu abah.. Rasulullah yang awalnya tidak merasakan sakit kemudian menoleh kepada putri beliau “Benarkah ada darah di pelipisku wahai Fatimah?”. “Iya ayah” kemudian saat itu beliau mengusapkan surban dan segera menghilangkan darah itu. Dan saat itu Siti Fatimah bertanya khawatir dengan wajah ayahandanya yang berdarah, “Abah takut dengan darah?” , Rasulullah menjawab “Tidak nak, aku tidak takut dengan darah, akan tetapi aku takut jika darah ini jatuh ke bumi nanti bumi marah lalu mengutuk umatku. Aku tidak ingin umatku dikutuk. MasyaAllah seperti inilah cinta Rasulullah kepada umat. 

Dan juga dikala perang uhud, saat banyak luka yang didapati oleh Rasulullah, kala Siti Fatimah lah yang mengobatinya, mengusap darah-darah di tubuh Rasulullah saw. Bahkan saat itu Rasulullah kesulitan berjalan karna kakinya terasa begitu sakit, dan yang memapahnya adalah Fatimah Az- Zahra yang belum besar.   

Jika Fatimah datang Rasulullah langsung berdiri dan mencium kening Fatimah, dan didudukkan di tempat yang mulia. Begitu juga Fatimah jika Rasulullah mendatanginya, maka ia berdiri dan mempersilahkan Rasulullah duduk di tempat yang mulia. 

Fatimah adalah seorang yang dekat dengan Rasulullah dan sangat memperhatikan urusannya, dan sangat memperhatikan urusan ayahandanya. Sebelum menikahnya Sayyidah Fatimah, ia sangat bahagia dikala mendengar berita menikahnya Rasulullah dengan Sayyidah Aisyah ra. Karna Fatimah melihat bahwasanya Rasulullah adalah seorang ayah, seorang Nabi yang perjuangan nya berat, dan butuh seorang pendamping yang bisa membantunya. Begitulah naluri tentang  cinta Fatimah kepada ayahandanya. Fatimah senantiasa berpikir tentang Rasulullah saw.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah siti Fatimah Az Zahra sebagai seorang anak

Dari Fatimah kita bisa belajar sebagai seorang anak, yang teramat mencintai ayahnya. Menyayangi dengan penuh kasih sayang. Ada disaat dibutuhkan, merawat ayah dengan kasih yang tulus, memberikan sandaran apa saja yang mungkin dibutuhkan. Entah itu hanya berupa perhatian kecil dari sebuah pertanyaan kekhawatiran.

Dari Fatimah kita bisa belajar betapa perhatian, kasih sayang, ketulusan, dan sifat ramah yang ada pada diri kita ini, sungguh sangat sedikit sekali. Kecil sekali. Bahkan banyak saat ini anak yang tidak peduli tentang keadaan orang tua nya. Dimana di luar sana, seorang anak yang menyadari sedih di balik senyuman orang tua nya. Diaman di luar sana, seorang anak yang dapat melihat duka dan kegelisahan orang tuanya yang disembunyikan? Dan apakah ada di luar sana, seorang anak yang mengetahui kebohongan orang tua nya, dikala orang tua berkata, “Tidak apa nak, ibu tidak sakit”. “Ya sudah nak, biar ibu yang mengerjakannya, ibu masih sanggup”. “Makanlah nak, ibu tidak lapar”.

Bukannya hati yang tidak peka, hanya saja, hati tidak akan peka jika hati tidak mencintai, jika hati tidak peduli. Hal yang menyebabkan kurangnya kepekaan kita tentang berbagai kondisi orang tua yang mungkin ada, itu karena kurangnya rasa kasih sayang dan cinta dari kita untuk orang tua.

Kisah Indah dan Haru Pernikahan Sederhana Siti Fatimah Az-Zahra Bersama Sayyidina Ali

Kemudian tersebarlah berita menikahnya Fatimah Az Zahra. Abu Bakar datang meminang Fatimah dan Rasulullah menjawab, “Aku menunggu berita dari langit”. Ditolak dengan lembut dan Sayyidina Abu Bakar tidak marah. Karna memang belum waktunya, dan nanti memang akan tiba masanya, datang seseorang yang sangat mencintai Rasulullah dan Rasulullah pun sangat mencintainya. 

Menantu Rasulullah saw semuanya orang yang kaya raya, tapi Ali adalah seorang yang sederhana. Ini adalah takdir yang telah di atur oleh Allah, bahwasanya Fatimah akan menjadi contoh untuk putri-putri zaman sekarang. 

Dimulai dari datangnya Sayyidina Ali yang waktu itu maju mundur untuk meminang Fatimah Az Zahra. Bertemu dengan Abu Bakar, Umar, dan yang lainnya, mereka mendukung Sayyidina Ali untuk maju. “Mungkin Sayyidah Fatimah adalah seseorang yang pantas bersanding denganmu”. Datanglah Ali bin Abi Thalib kepada Rasulullah untuk menyampaikan maksudnya dan Rasulullah langsung menjawab “Ahlan wa sahlan”. Ternyata Rasulullah telah menanti kedatangan Sayyidina Ali sejak dulu.

Rasulullah memilih Sayyidina Ali bukan karna beliau merupakan seseorang yang sangat kaya, tapi Rasulullah memilihnya karna akhlak dan karna kebaikan disisi Sayyidina Ali. 

Sayyidina Ali yakin bahwa pernikahan ini akan terwujud dengan sangat sederhana. Oleh Rasulullah dan Sayyidina Ali dipersiapkan rumah pengantin dengan sangat sederhana. Hanya dengan pasir yang ditinggikan,  kemudian hanya dengan tikar pelepah kurma, kemudian selimut dari kulit binatang yang dilembutkan dan itu pun tidak mencukupi kalau digunakan untuk berselimut. Kalau digunakan untuk menutup kepala maka kaki nya akan terlihat, dan kalau digunakan untuk menutup kaki maka kepala yang akan terlihat. Kemudian baju yang dipersiapkan kepada Fatimah adalah baju yang ditambal dengan 12 tambalan, yang diantaranya Rasulullah sendiri yang menambal. 

Kemudian setelah tejadi pernikahan, bergembiralah Rasulullah. Sampai Rasulullah berdoa untuk Fatimah dan sayyidina Ali, “Ya Allah, sungguh aku mencintainya dan mencintai keduanya, dan berkahilah keduanya, dan berkahilah keturunannya,.” Dan memang benar keturunan Rasulullah telah diberkahi. 

Setelah Fatimah menikah dengan Sayyidina Ali, mereka menjalani hidup dengan sangat sederhana. Lihatlah pernikahan wanita yang mulia. Disaat Fatimah diberi degan baju yang sederhana bukan karna Rasulullah tidak punya baju. Namun karna Rasulullah tidak ingin mendidik putrinya dengan kesombongan. 

Fatimah menjalani rumah tangganya dengan penuh keserdahanaan, tidak banyak menuntut kepada Sayyidina Ali. Beliau menumbuk gandum dengan tangannya sendiri hingga tangannya membengkak karna terlalu lama menumbuk gandum. 

Di dalam perjalanan rumah tangganya, Fatimah banyak menemukan perjalanan hidup yang perlu kita teladani.  Rumah tangga yang dibangun oleh keduanya selalu dalam keadaan nyaman dan indah, tidak ada keributan apapun karna kekurangan ekonomi. MasyaAllah betapa sabarnya Fatimah Az Zahra. Bukan hanya sebentar saja, tapi setiap saat Fatimah berada di dalam kekurangan karna Sayyidina kerja tiga hari tapi hanya cukup untuk makan sehari. Bahkan sayyidina Ali dan Fatimah bernazar karna saat itu Hasan dan husen sakit, “Bila nanti mereka sembuh kita akan berpuasa tiga hari”. 

Di hari yang pertama Sayyidina Ali bekerja dan hanya mendapat sepotong roti. Hanya mengandalkan buka degan roti saja. Ketika hendak berbuka dan terdengar azan, waktunya merasakan makan ada air, tiba-tiba saat itu ada yang mengetuk pintu, “Aku miskin. Aku belum makan. Aku meminta sesuatu untuk memakan”. Sayyidina Ali melihat kepada istrinya dan kepada kedua anaknya, dan mereka mengangguk. Dan semua mengizinkan. Akhirnya Sayyidina Ali memberikan roti kepada orang miskin itu, dan pada malam itu, mereka hanya berbuka dengan air putih. 

Esok harinya, puasa dilanjutkan, hari kedua ada yang mengetuk pintu, aku orang miskin, tolong kasih aku makan.  Dan seperti itu pula, mereka berbuka puasa hanya dengan air putih.

Dan hari ketiga, ada yang mengetuk pintu, aku adalah seorang tawanan yang lapar. Dan akhirnya, mereka tiga hari tidak makan. Dan ini bukan hanya saat ini saja. Tapi kejadian seperti ini sering terjadi di dalam kehidupan rumah tangganya Fatimah az Zahra dan Sayyidina Ali. Namun tidak pernah ada masalah apapun di antara keduanya. Mereka memberikan makanan itu padahal mereka membutuhkannya. Mereka memberikan ini karna mengharapkan ridha Allah dan tidak mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih dari manusia. Ini adalah kisah di rumah tangga Sayyidina Ali dan Fatimah Az Zahra yang dijalani dengan kesederhanaan.

Belajar dan Meneladani Sifat Siti Fatimah az Zahra Sebagai Seorang Istri

Lihatlah, Fatimah Az-Zahra, darinya kita bisa belajar sebagai seorang istri, bahwa kehidupan rumah tangga itu teramat sulit. Namun, Fatimah tidak pernah mengeluh. Beliau begitu tangguh sebagai seorang wanita. Bukankah wanita diciptakan dengan sifat sejatinya yang lemah, tidak punya kekuatan yang kuat seperti seorang lelaki? Namun, lihatlah, bahwa kelemahan  itu dapat bertahan dari berbagai kepahitan hidup.

Fatimah mampu bertahan, dari hanya rumah kecil dan begitu sederhana sebagai tempat tinggalnya. Fatimah mampu bertahan, dari hanya sepotong roti sebagai belanja keseharian yang dibawa pulang suaminya. Bahkan Fatimah dan keluarga akan berpuasa, jika hari itu tidak ada makanan yang bisa dia makan bersama keluarganya. Bukankah hidup seperti itu amat menyedihkan?

Namun tidak bagi Fatimah. Ia masih teramat pandai bersyukur. Tidak mengeluh. Masih tetap bersabar. Tidak peduli betapa perihnya cobaan hidup, Fatimah mampu memanfaatkan semuanya menjadi pahala yang indah.

Wahai, para wanita calon-calon menjadi istri nantinya, Kalian tidak akan menemukan keindahan dan kebahagiaan yang selama ini kalian mimpikan di mimpi mu yang terindah, bersama seorang pangeran kaya dan tampan. Tidak akan seperti itu. Ingatlah, pangeran tampan mu akan menjadi tampan ketika kamu menerima semua kekurangan fisiknya lalu mencintainya dengan tulus. Suami mu akan menjadi sosok yang kaya raya, ketika kamu tidak pernah menyimpan harapan sedikitpun pada harta yang dimilikinya, menerima apabila diberi, tidak mengeluh pula apabila tidak diberi. Dan keluarga mu akan mendapatkan kebahagiaan, jika kamu mempunyai  sifat pengertian, ikhlas, sabar, dan tulus, yang mana dengan sifat itu, kamu akan memaklumi masalah-masalah yang mungkin ada nantinya.

Sifat Terpuji Siti Fatimah Az Zahra yang Merelakan Sebuah Kalung

Putri Rasulullah, Fatimah Az-Zahra memiliki kepribadian yang sabar, lembut hati, suka menolong dan penyayang. Salah satu kisah kebaikan hati istri Ali bin Abi Thalib itu adalah tentang kalung miliknya.

Suatu ketika Rasullah sedang duduk di masjid bersama dengan para sahabat, tiba-tiba datang seorang musafir yang kehabisan bekal. Si musafir berkata kepada Rasul. "Ya Rasulullah, saya lapar sekali, berilah saya makanan. Saya tak punya pakaian kecuali yang saya kenakan, saya tak punya uang untuk bekal pulang. Tolong saya ya Rasul".

Rasul lalu menjawab "Sayang aku sedang tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kepadamu, tetapi orang yang menunjukan kebaikan adalah sama dengan orang yang melakukannya."

Rasul lalu menyuruh si musafir untuk ke rumah putrinya, Fatimah Az Zahra. "Pergilah ke tempat orang yang dicintai Allah dan Rasulnya, dia lebih mengutamakan Allah dari pada dirinya sendiri, itulah Fatimah putriku."

Kemudian Rasulullah meminta sahabatnya untuk mengantar musafir ke rumah Fatimah. Ketika di rumah Fatimah, ternyata tidak ada sesuatu yang layak dimakan, Fatimah juga tidak punya uang untuk diberikan. Fatimah kemudian teringat kalung hadiah pernikahannya dengan Ali. Dengan hati ikhlas Fatimah lalu memberikan satu-satunya harta yang dimilikinya kepada si musafir. "Juallah kalung ini, mudah-mudahan harganya cukup untuk memenuhi kebutuhanmu," kata Fatimah.

Musafir itu lalu kembali ke tempat Rasul yang sedang berkumpul dengan sahabatnya dan memperlihatkan kalung yang diberikan Fatimah kepadanya. Rasul begitu terharu dan tak kuasa menahan tangis, putri tercintanya rela memberikan satu-satunya harta yang dimiliki untuk membantu si musafir itu.

Salah seorang sahabat bernama Ammar bi Yasir mengajukan diri untuk membeli kalung itu. "Berapa hendak kau jual kalung itu?" tanya Ammar bin yasir kepada si musafir.

"Aku akan menjualnya dengan roti dan daging yang bisa mengenyangkan perutku, sebuah baju penutup tubuhku dan uang 10 dinar untuk bekalku pulang". Ammar lalu membeli kalung itu dengan harga 20 dinar emas, ditambah sebuah baju, serta seekor unta untuk tunggangan si musafir.

Setelah itu Ammar berkata kepada budaknya yang bernama, Asham. "Wahai Asham, pergilah menghadap Rasulullah dan katakan aku menghadiahkan kalung ini dan juga engkau kepadanya. Jadi mulai hari ini kamu bukan budakku lagi tetapi budak Rasulullah."

Rasulullah yang menerima pesan Ammar tersenyum dan melakukan hal yang sama. Fatimah begitu berbahagia menerima hadiah kalung dari ayahandanya, meskipun dia tahu kalung itu adalah kalung miliknya yang diberikan kepada musafir. Dia juga mendapat hadiah seorang budak.

Fatimah yang berhati lembut bukan berbahagia mendapatkan budak, dia justru membebaskan Asham dan menjadikan Asham manusia merdeka. Asham begitu gembira karena dirinya tak lagi menjadi budak. Dia tersenyum dan tertawa hingga membuat Fatimah bingung. Asham lalu berkata.

"Aku tertawa karena kagum dan takjub akan berkah kalung itu. Kalung itu telah mengenyangkan orang yang lapar, telah menutup tubuh orang yang telanjang, telah memenuhi hajat seorang yang fakir dan akhirnya telah membebaskan seorang budak," jawab Asham.

Tidak Pernah Haid

Siti Fatimah binti Muhammad lahir pada 20 Jumadil Akhirah lima tahun sebelum Rasulullah SAW diangkat menjadi Rasul. Dia merupakan putri keempat Nabi Muhammad dan ibunya Khadijah binti Khuwalid.

Kelahirannya disambut sangat gembira oleh Rasulullah karena dia lahir pada saat tahun ke lima sebelum diangkat menjadi Rasul.

Fatimah mendapat julukan Az-Zahra karena dia tidak pernah haid dan pada saat melahirkan nifasnya hanya sebentar. Dia juga dijuluki sebagai pemimpin para wanita-wanita penduduk surga.

Dalam kitab fataawa adz-Dzahiriyyah di kalangan Hanafiyyah disebutkan bahwa

"Sesungguhnya Fatimah tidak pernah mengalami haid sama sekali, saat beliau melahirkan pun langsung suci dari nifasnya setelah sesaat agar tiada terlewatkan salat baginya, karenanya beliau diberi julukan Az-Zahra".

Aisyah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Ketika aku dalam perjalanan ke langit, aku dimasukkan ke surga, lalu berhenti di sebuah pohon dari pohon-pohon surga. Aku melihat yang lebih indah dari pohon yang satu itu, daunnya paling putih, buahnya paling harum. Kemudian, aku mendapatkan buahnya, lalu aku makan. buah itu menjadi nuthfah di sulbi-ku. Setelah aku sampai di bumi, aku berhubungan dengan Khadijah, kemudian ia mengandung Fatimah. Setelah itu, setiap aku rindu aroma surga, aku menciumi Fatimah". (Tafsir Ad-Durrul Mantsur tentang surat Al-Isra: 1; Mustadrak Ash-Shahihayn 3: 156).

Pada usia 5 tahun, Fatimah ditinggal ibundanya Khadijah. Mau tidak mau secara langsung dia menggantikan tempat ibundanya untuk melayani, membantu dan membela ayahandanya.

Dalam usia kanak-kanak Fatimah mendapatkan berbagai cobaan, salah satunya adalah menyaksikan perlakuan keji kaum kafir Quraish kepada ayahnya. Sering kali dia meneteskan air mata di pipinya, ketika melihat penderitaan yang dialami Nabi Muhammad.

Saat Fatimah beranjak dewasa, banyak sahabat-sahabat dari ayahnya yang hendak melamarnya, antara lain Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Namun, Rasulullah menolak pinangan sahabat-sahabatnya tersebut.

"Saya menunggu keputusan wahyu dalam urusannya (Fatimah)".

Kemudian malaikat Jibril datang untuk mengabarkan Rasulullah bahwa Allah telah menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib. Tak lama akan kehadiran malaikat Jibril, Ali bin Abi Thalib datang menghadap Rasulullah untuk meminang Fatimah. Dengan tangan terbuka Nabi Muhammad menerima Ali bin Abi Thalib sebagai menantunya.

Acara pernikahan putrinya berlangsung dengan kesederhanaan, karena pada saat itu Ali tidak memiliki sesuatu yang bisa dijadikan mahar. Ali meminang Fatimah dengan mas kawin sebesar 400 dihram.

Sebelumnya dia menggadaikan baju besinya kepada Utsman bin Affan. Rasulullah menyimpan perasaan kasih sayang sangat mendalam terhadap Ali bin Abi Thalib. Beliau pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib.

"Fatimah lebih kucintai dari pada engkau, namun dalam pandanganku engkau lebih mulia dari pada dia". (HR Abu Hurairah).

Sebagai Wanita Fatimah Sangat Pemalu

Diantara kemuliaan Fatimah yang luar biasa adalah, waktu itu Sayyidina Ali ditanya oleh Rasulullah, “Siapakah wanita yang paling baik?”

Semua sahabat pulang kerumah masing-masing. Fatimah sempat bertanya “Wahai suamiku, apa yang engkau dapat dari Rasulullah?

Ali menjawab kami mendapat banyak dan juga mendapat pertanyaan yang tidak bisa kami jawab. “Wanita yang mulia itu seperti apa”. “Aku punya jawabannya”. Dibisikkan lah kepada Ali. Seketika itu Ali senang. 

Esoknya bertemu dengan Rasulullah. “Wanita paling mulia adalah wanita yang tidak pernah dilihat lelaki dan tidak pernah melihat lelaki”. Rasulullah bertanya siapa yang memberitahumu, dia adalah seseorang yang paling dekat denganmu Ya Rasulullah. 

Maknanya, Ia tidak senang ketika dilihat oleh lelaki, dan merasa tidak nyaman kalau dilihat lelaki. Merasa malu kalau dilihat. Seperti itulah maksudnya. Keluar dengan wajar, yaitu ditemani oleh mahram. Tidak dandan ketika keluar. 

Tahukah wahai muslimah, bahwa Fatimah az Zahra adalah seorang yang sangat pemalu, tersembunyi dan sangat menjaga kehormatan dirinya? Karena alasan inilah, Fatimah pernah mewasiatkan 3 wasiat menjelang wafatnya.

Wasiat Siti Fatimah Menjelang Wafat

Pernah suatu ketika Fatimah berada di depan rumah bersama Asma binti Umais, disaat itu ada jenazah yang lewat dan tiba-tiba Fatimah menangis, dan Asma bertanya, kemudian Fatimah menjawab “Nanti aku akan mati. Dan aku tidak ingin seperti itu. Betapa malunya, ketika nanti mati dan diangkat di atas para manusia lalu lekuk tubuhku dilihat semua orang.” 

Fatimah malu kalau lekuk tubuhnya dilihat semua orang. Lalu Asma bercerita “Saat aku di Habasyah aku melihat ketika ada orang yang meninggal  maka dibuatkan baginya peti kemudian mayat dimasukkan dalam peti tersebut dan ditutup dengan pelepah kurmah. Fatimah sangat senang mengetahuinya,” Asma! Aku berwasiat, ketika aku mati tolong buatkan aku yang seperti itu, dan Asma sendiri yang membuatnya. 

Maksudnya adalah menjaga kehormatan. Fatimah karna rasa malunya sampai berwasiat jika meninggal nanti dibuatkan yang seperti ini dan termasuk wasiat lainnya adalh dimakamkan di malam hari. Karna sangat malunya. Malu nya seorang wanita adalah kemuliaan. Rasa malunya Fatimah begitu luar biasa.

Menjelang wafat,  saat itu Rasulullah merasakan sakit yang sangat hebat. Seperti biasanya, Kedatangan Fatimah menjenguk Rasulullah,  membuat Rasulullah langsung berdiri, dan ia lupa bahwa sedang sakit, tapi ia tidak mampu, berdiri lagi tapi tidak mampu. Kkemudian Fatimah bergegas datang kepada ayahnya  “tidak usah berdiri ayah” . Kemudian ia mencium keningnya Rasulullah lalu agak menjauh. Karna memang disitu ada orang-orang yang menemani dan merawat Rasulullah diantara nya Asiyah. 

Tiba-tiba Rasulullah meminta “datanglah kesini”, dengan bahasa isyarah. Lalu disaat dekat dengan Rasulullah, kemudian ditarik kepala Fatimah didekatkan telinganya ke bibir Rasulullah dan disaat itu Rasulullah berbisik. Saat itu Fatimah menangis luar biasa. Kemudian ditarik lagi dan dibisik yang kedua kalinya. Dengan bisikan ini ternyata Fatimah tidak menangis lagi, justri ia tersenyum. Sehingga setelah itu ditanya, Fatimah aku lihat kamu menangis dan kemudian tersenyum, itu kenapa. Dan ternyata, bisikan pertama itu adalah, “Wahai Fatimah, sebentar lagi aku akan meninggal, dan akan menghadap kepada Allah. Yang disadari olehnya adalah perpisahan, menjadikannya menangis karna berpisah dengan Rasulullah. Kemudian bisikan kedua bahwa “Engkau adalah pertama dari keluargaku yang akan menyusulku.” Dan benar, setelah 6 bulan Rasulullah meninggal Fatimah menyusulnya. 

Fatimah menanti-nanti, yang ada hanya air mata kepada ayahandanya. Waktu 6 bulan dirasakan lama sekali.  Ingin segera bertemua kembali kepada ayahandanya. Ssehingga tampaklah fisik nya semakin lemah dan semakin lemah. Orang mengatakan nya sakit padahal ia tidak sakit. Duduk bersama Ali dan ia berkata sepertinya waktu ku sudah dekat, wahai suamiku.  Engkau tidaklah punya kesalahan kepadaku wahai putri Rasulullah. 

Fatimah berwasiat, aku berwasiat tiga wasiat, setelah aku meninggal. Nikahilah Umamah, putri dari Zainab karna sifat dan wataknya sangat mirip denganku, ia bisa mendidik anak ku. Kedua, di saat aku mati, antarlah aku dengan keranda seperi yang telah disampaikan Asma, dan yang ketiga kuburlah aku di malam hari. Itu semua akan dijalankan oleh Ali bersama Asma.

Tangis selalu mengiringi Fatimah, dukanya adalah karna kerinduan yang sangat dalam, dan karna ingin bertemu dengan Muhammad. Fatimah merasakan sakit yang sangat. Fatimah bertanya kepada Asma, Hasan dan Husen dimana, Asma menjawab, keduanya masih diluar, baiklah, aku akan membaca Al-quran kalau nanti sudah tidak terdengar suara al quran berarti itulah waktuku. 

Asma berada di depan sambil menunggu kedatangan Hasan dan Husen. Asma baru sadar bahwa Fatimah telah menyusul Nabi Muhammad saw. Asma menangis, dan ia menangis karna teringat kepada Hasan dan Husen, apa yang harus diceritakannya. Ia kebingungan. Ia berusaha menghapus air matanya, namun juga tetap keluar. Berhadapan Hasan dan Husen dan ia menangis, mereka menyadarinya, dan mereka mencium keningnya Fatimah. Saat itu Ali datang, dan Ali memandikannya, dan dihantarkan ke kubur dengan cara seperti yang telah diwasiatkannya.

Belajar dari sifat malunya Fatimah Az Zahra

Dan setelah beberapa waktu kita menyimak kisah Fatimah Az Zahra, adakah kini kita mengaguminya? Adakah kini kita ingin menjadi pengikutnya di dalam surga? Adakah kini kita benar-benar malu dan cemburu terhadapnya yang begitu indah dan menawan? Adakah saat ini kita sudah merasa bersalah bahwa ternyata kita ini begitu buruk dan bersalah?

Sebagai wanita, Siti Fatimah memiki sifat yang sangat anggun dan indah. Ia sangat pemalu. Benar-benar sangat pemalu.

JIka kita kagum padanya, dan ingin menjadi pengikutnya di dalam surga, maka ikutilah sifat pemalunya siti Fatimah.

Itu berarti, saat ini, lupakan tentang memperkenalkan dirimu di social media. Lupakan sepenuhnya untuk dikenal, melalui foto foto yang pernah kamu upload agar mendapat tanggapan yang menyenangkan dari teman facebook, wa, dan ig.

Bisa kan?

Dan juga, lupakan foto-foto mu yang bercadar yang kamu upload juga di social media. Karena upload foto itu secara tidak langsung kamu sudah menyetujui bahwa dirimu dilihat oleh public.

Karena sesungguhnya, sifat pemalu itu selalu selaras dengan tersembunyi. Wanita yang pemalu, ia pasti akan tersembunyi.

Dan tidak perlu juga kan, bahwa kita mengijinkan semua lelaki yang bukan suami kita melihat kita begitu saja. Oh, betapa mahalnya harga dirimu shaleha. Tidak boleh biarkan mereka melihat keindahan mu begitu saja bukan.

Jika kamu tidak mampu melakukannya, pikirkanlah mengapa  Fatimah bisa menjadi seorang wanita yang tersembunyi dan pemalu, namun namanya juga sangat terkenal? Itu karena Allah yang memuliakannya, karena Fatimah benar-benar menjaga dirinya dengan sangat baik, sebagai wanita.

Dari kisah yang sudah kita simak itu,  lihatlah betapa Fatimah amat sederhana. Fatimah mampu menerima hal hal yang sedikit dengan syukur di kala orang orang tidak mampu mensyukuri hal hal yang begitu bernilai besar.

Mari jadikan Fatimah teladan kita para wanita. Dengan menciintai nya maka semoga sebagian sifat keindahnya dapat kita meliki. Dengan mengenalnya yang sangat pemalu dan tersembunyi, semoga kita tidak tergiur pada model muslimah yang follower instagram nya jutaan dengan menjual foto muslimahnya sendiri. Dengan mengaguminya kesohehan dan kepribadian yang amat syahdu dan menenangkan, semoga kita pun mengikutinya, menjadi pribadi yang sejuk menyejukkan, seperti embun embun di pagi hari, yang membawa kedamaian. Aamiin..