Mencapai kemuliaan itu amat sulit. Karena gelar mulia bukan gelar biasa saja. Orang-orang yang mulia mempunyai banyak kelebihan, seperti mendapatkan pandangan yang baik dari makhluk langit. Mendapatkan doa dari para malaikat.

Cara mendapatkan kemuliaan hanyalah dengan beribadah kepada Allah sebaik-baiknya. Mengerjakan banyak amal sunnah dan tidak pernah meninggalkan ibadah yang wajib.

Nasehat Umar Bin Al-Khattab Tentang Kunci Kemuliaan

Selain itu, Umar bin Khataab memberikan kunci untuk membuka jalan menuju kemuliaan. Artinya dengan mengikuti nasehat dari Umar bin Khattab ini kita dapat melangkah ke pintu kemuliaan. Lebih dekat dan menjadi lebih mudah untuk menemukannya. Apa saja itu, berikut adalah 8 kunci kemuliaan dari Umar bin Khattab;

1. Barang siapa yang meninggalkan ucapan yang tidak perlu, maka dia akan diberi hikmah.

Banyak berbicara tidaklah selalu baik. Karena seringkali diantara kata-kata yang kita ucapkan memunculkan salah yang berujung pada sakitnya hati seseorang.

Sebaliknya, diam selalu lebih baik. Dengan diam kita lebih mampu menyimak berbagai hal lebih fokus. Dapat menilai dengan lebih cemerlang karena tentunya diam itu identik dengan memperhatikan dan menilai.

Seorang yang bijaksana tentu lebih banyak memperhatikan situasai dan kondisi. Menilai lawan bicara, dan hanya bicara disaat yang tepat dengan pilihan kata yang telah melalui seleksi peninjauan.

Karena itulah, diam adalah awal langkah menuju sikap yang suka memperhatikan dan menilai. Dimana pada akhirya orang yang diam akan mendapatkan banyak hikmah tersembunyi karena mereka banyak menilai sesuatu sebelum bertindak.

2. Barangsiapa yang meninggalkan penglihatan yang tdak perlu, maka dia akan diberi kekhusyukan dalam hati.

Hati akan sulit untuk khusyuk manakala ada banyak yang kita lihat. Karena penglihatan kepada benda-benda akan mempengaruhi kondisi khusyuknya hati. Semakin banyak benda yang kita lihat maka akan semakin banyak pula potensi yang akan tergambar di dalam hati.

Karenanya, hati akan mudah untuk mendapatkan kekhusyukan manakala seseorang meninggalkan banyak penglihatan yang tidak perlu. 

Hal-hal yang tidak perlu dilihat adalah perkara yang dapat membuat seorang berdosa dengan melihatnya serta hal-hal yang dihukumi makruh. 

Tak hanya terbatas kepada penglihatan mata saja, namun juga penglihatan hati. Untuk mencapai kekusyukan hati sudah barang tentu membersihkan penglihatan mata, sekaligus juga harus membersihkan penglihatan hati.Yaitu menjaga hati tetap bersih dari sifat-sifat tercela. 

3. Barang siapa yang meninggalkan makan berlebihan, maka dia diberi kenikmatan beribadah.

Makan berlebihan dapat membuat tubuh terasa berat. Seseorang yang bnyak makan pasti akan malas melakukan pekerjaan, termasuk ibadah. 

Maka dengan mengurangi porsi makan akan membuat tubuh terasa ringan dan nyaman untuk melakukan ibadah.

Selain itu, banyak makan akan menimbulkan berbagai penyakit. Para ahli sufi selalu membatasi makan nya bahkan ke titik yang mengherankan. Tak lain, karena makan akan membangkitkan nafsu, sedangkan ibadah selalu bertentangan dengan nafsu.

Jadi, para ahli sufi yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah, akan menekan nafsu mereka dengan berbagai cara, salah satunya adalah makan dengan apa adanya.  

4. Barang siapa yang meninggalkan tertawa berlebihan, maka dia akan diberi kenikmatan.

Tertawa berlebihan itu gak baik. Itu seperti melupakan banyak hal yang seharusnya tidak dilupakan. Bukankah mati itu dapat datang kapan saja, sementara kita pasti sadar bahwa amal kita amat sedikit. Jadi seharusnya kita murung dan sedih, bukannya malah tertawa berlebihan.

Karena itulah, seorang yang meninggalkan tertawa yang berlebihan akan mendapatkan banyak hikmah. Tidak tertawa berlebihan walau dihadapkan pada banyak hal lucu, itu menandakan bahwa hatinya telah mantap pada akhirat. Dimana ia sadar bahwa tidak sepantasnya manusia hina yang amalnya sedikit untuk tertawa berlebihan, bahkan ia tidak tahu bagaimana akhir kehidupannya nanti.

5. Barangsiapa meninggalkan humor, maka dia akan diberi kehormatan.

Banyak membuat lucu, tentu saja bakal membuat wibawa dan martabatnya turun dimata orang lain. Orang yang bijaksana tidak akan melawak, tetapi sikap dan pribadi mereka selalu serius, tegas, dan punya aura.

Orang tidak akan menghormati lebih dalam pada mereka yang suka melawak. Tidak ada rasa takut.

6. barangsiapa meninggalkan cinta duniawi, maka dia akan diberikan kecintaan akhirat.

Dunia dan akhirat itu berbeda seratus derajat. Kalau kita memilih dunia pasti akan meninggalkan akhirat. Sementara, orang yang memilih akhirat, maka dunia dengan sendiri mengikutinya.

Orang yang mencintai dunia maka akan sulit baginya untuk mencintai akhirat. Karena dunia selalu bersamaan dengan nafsu. Sementara akhirat harus dan wajib meninggalkan nafsu. Kita tidak dapat mengejar 2 hal yang berbeda dalam satu waktu. 

Dunia itu semu, sementara akhirat adalah abadi. Dunia seperti bayangan. Kita tidak dapat benar-benar memilikinya. Karena dunia akan habis setelah mati.

Jika kita terjebak pada hal yang bersifat duniawi, kita tak dapat mengejar hal-hal yang bersifat ukhrawi. Artinya, seseorang takkan mampu untuk mencintai ibadah kalau dia tidk mampu untuk meninggalkan kecintaanya terhadap game (dunia). 

7. Barangsiapa yang meninggalkan perhatiannya kepada aib orang lain, maka dia akan diberi kemampuan memperbaiki aibnya sendiri.

Kalau kita sibuk melihat aib orang maka kita akan lupa untuk memperbaiki aib sendiri, bahkan lupa untuk menemukan aib kita sendiri. Menyangka bahwa kita gak punya aib, padahal ada ribuan.

8. Barangsiapa yang meninggalkan penelitian tentang bagaimana wujud Allah, maka dia akan terhindar dari niat berpura pura terhadap agama-Nya.

Kita dilarang untuk berfikir dan meniliti lebih dalam tentang bagaimana wujud Allah. Hanya wajib untuk sekedar mengenal SIfat-Sifat Allah saja. 

Kalau kita memaksakannya, maka ujungnya pasti akan tersesat. Karena ketidakmampuan akal kita yang pada akhirnya menghasilkan kesimpulan yang salah dan menyimpang.